The Dark Side dari Industri Perkodingan
2 tahun terakhir ini aku cukup aktif mengkonsumsi konten tentang perkodingan. Konten yang aku serap biasanya tentang tutorial, tips, update teknologi, sampai motivasi. Dari konten yang aku serap, rata rata berisi hal positif tentang industri programming. Oleh karena itu aku ingin share sisi gelapnya berdasarkan apa yang aku lihat selama 4 tahun bekerja di industri IT.
disclaimer: point akan dijelaskan ini adalah hasil pengamatan, pengalaman, dan cerita dari teman. Ditulis agar menjadi tambahan wawasan bagi pembaca yang ingin memasuki industri percodingan khususnya startup.
Pertama, jika startup mau bangkrut, tim development adalah divisi pertama yang di pecat
Dalam dunia startup tim IT itu terbagi dua, yaitu tim development dan dev ops. Tim development adalah tim yang membuat suatu aplikasi dan Dev ops adalah tim yang me “maintain” aplikasi jika sudah jadi.
Tim development akan terus selalu ada selama perusahaan punya selalu proyeksi mengenai fitur atau produk apa yang akan dikembangkan. Jika perusahaan di ambang kehancuran, maka fokus perusahaan adalah bertahan. Jika rencana pengembangan dipangkas, maka tim development juga akan dipangkas. Toh appnya juga udah jadi.
Jadi untuk para programmer jangan taunya ngerjain fitur doang. Pelajarin juga cara kerja bisnis dan kondisi perusahaan. Jika sudah dengar desas desus perusahaan mulai kesulitan keuangan, mulailah terima undangan wawancara dari tecruiter yang selama ini ngejar ngejar lu.
Kedua, social impact hanya retorika supaya lo mau ngoding overtime tanpa dibayar
Kenapa ada investor yang mau danain startup milyaran padahal kalau startupnya gagal mereka bakal kehilangan duitnya. Kalau memang idenya menjanjikan kenapa investor ga bikin sendiri dengan financial power yang mereka punya. Jawabannya karena invest ke founder yang udah punya tim jauh lebih murah.
Kalau kamupunya ide startup dan kamu datang ke software house buat development produk, harga yang dibayar pasti mahal banget. Atau kalaupun buat tim development sendiri, man power yang bisa hire pasti ga banyak. Untuk itu founder butuh muter otak supaya dengan man power yang sedikit bisa menghasilkan produk yang berkualitas. Salah satu caranya adalah dengan gimmick social impact.
Disclaimer on: diluar sana memang ada beberapa founder yang memang tulus ingin memberikan social impact. tapi yang aku omongin disini founder yang gak tulus. Artinya yang dia omongin dan yang dia lakuin sehari hari ga match.
Dengan gimmick social impact ini si founder membuat kamu mengorbankan seluruh hidup kamu buat perusahaan. Siang, malam, weekend semua kamu kerahin untuk ngedevelop produk yang mereka mau. Kamu ga akan hitung hitungan soal jam kerja.
Ketika produk yang lu bikin itu bagus dan startup naik ke series fund berikutnya. Belum tentu lu dapat benefit karena funding yang mereka terima pasti untuk hire manpower lainnya atau untuk biaya akuisisi user.
Jadi, tetap skeptis dan kritis. Walaupun visi foundernya bagus, kamu kerja sesuai porsi aja. Mau sebagus apapun visinya, toh ujung ujungnya perusahaannya bakal dijual dan saham foundernya bakal minoritas.
Ketiga, perusahaan lari marathon tapi codinger sprint tiap dua minggu
Namanya perusahaan startup endingnya ada dua. Pertama diakuisisi perusahaan yang lebih besar, kedua IPO (kalau ga tau googling sendiri IPO itu apa). Kesamaan dari keduanya adalah bermain long game, 5–10 tahun. Ketika pitch ke Inverstor founder bakal ngeyakinin bahwa visi mereka kuat dan mereka akan bermain jangka panjang.
Masalahnya mereka yang marathon, kamu yang sprint. Tiap dua minggu kamu harus sampai di check point tertentu. Kalau kamu kehabisa stamina dan ingin istirahat, kamu akan disuruh keluar arena dengan alasan tidak culcure fit. Mereka punya employer branding yang bagus sehingga diluar sana masih banyak sprinter dengan energi full menunggu untuk masuk arena.
Jadi, ketika kamu baru join siapkan plan kapan dan saat apa bakal keluar. Kalau foundernya aja punya exit plan masa lu mau stay sampe pensiun.
***
Itulah beberapa poin mengenai sisi gelap dari industri percodingan khususnya industri startup. Dengan mengetahui sisi gelap dari industri perkodingan ini, harapannya teman teman bisa lebih objektif untuk melihat peluang dan resiko sebelum masuk terjun ke industri ini.
Jadi kamu anak coding selain belajar skill percodingan juga perlu memahami “cara kerja” dari industri yang akan digeluti. Sehingga nanti jika ditengah jalan ada masalah, kamu bisa lebih siap secara mental.
Good luck for your career. Semoga bermanfaat.